Kalian pernah beradu argumen mengenai sesuatu hal dengan orang lain? Saling memberikan opini selogis mungkin, untuk menarik kepercayaan lawan bicara atau publik? Tentu merupakan hal yang biasa, bukan?
Ya. Sebelum masuk pada intinya, mungkin aku akan mencoba menceritakan salah satu memori penting yang pernah terjadi sekitar 4 tahun yang lalu di sebuah laboratorium biologi. Bukan sebuah aksi konyol atau menegangkan yang biasanya terjadi di sebuah laboratorium, namun sebuah perkataan dari seorang guru biologi favoritku yang masih terngiang dalam benakku sampai saat ini.
“Genetis adalah sebuah alasan utama yang akan diucapkan bagi para ilmuwan biologi, ketika sesuatu fakta biologis tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.”
Dan penalaranku berkata bukan karena tidak dapat dijelaskan, namun belum ada yang mampu untuk membuktikannya, atau kemungkinan lainnya, ilmuwan tersebut belum mengetahuinya. Aku pikir itu terlalu merendahkan, namun bukan itu maksudku. Aku hanya ingin menyampaikan suatu peluang.
Saat ini, aku merasakan hal tersebut dalam dunia sosial. Kalian pernah bertanya pada seseorang, kemudian dia hanya menjawab, “Ya, emang sudah begitu, mau gimana lagi?” atau yang setipe dengan itu? Pasti sering, bukan?
Di lain pihak, kalian pasti pernah mengungkapkan alasan, kemudian lawan bicara kalian tidak setuju dan berkata, “Ayolah, be open-minded!” atau yang setipe dengan itu.
Ya, open-minded bagiku menjadi frasa yang mirip dengan genetis yang ku terima 4 tahun yang lalu. Frasa yang cukup relatif apabila diterima oleh otak-otak yang berbeda. Bahkan, ketika kita dilontarkan kata “be open-minded”, kita seringkali merasa open-minded yang seperti apa, padahal kita sudah merasa terlalu berpikir terbuka.
Dan sekarang, semakin banyak orang menggunakan frasa itu, untuk mencari pembenaran akan sesuatu hal yang dianggap tabu oleh masyarakat.