Dalam manajemen, kita mengetahui bahwa setiap perusahaan tentunya akan melaksanakan tiga hal pokok yang menunjang keberlangsungan perusahaan tersebut, yaitu perekrutan karyawan atau tenaga kerja, produksi barang atau jasa, dan penjualan atau pemasaran produk. Ketiga hal tersebut menjadi satu kesatuan yang tak terelakkan. Dari ketiga hal pokok tersebut, penjualan atau pemasaran produk merupakan salah satu poin yang perlu diperhatikan urgensinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap perusahaan tentunya akan mencari profit semaksimal mungkin, sehingga selalu mengupayakan efisiensi dan efektivitas produksi serta pemasaran. Selain itu, persaingan antarproduk juga menyumbang alasan kepada pentingnya memperhatikan penjualan dan pemasaran produk suatu perusahaan.

Dalam kenyataannya, perusahaan tidak mampu untuk menjalankan hal tersebut, terlebih korelasinya pada dua hal yang lainnya. Untuk itu, perusahaan mencari solusi yang akan mempermudah pelaksanaan semua hal tersebut dalam rangka bersaing dengan kompetitor lain melalui supply chain. Supply chain merupakan salah satu upaya untuk mereduksi biaya produksi melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material dalam proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen (Agus Widyarto, 2012). Secara sederhana, supply chain merupakan suatu bentuk sistem organisasi yang bertujuan untuk menyalurkan produk atau jasa ke tangan konsumen. Oleh karena itu, supply chain disebut juga sebagai logistic network yang menjadi penghubung dan mengefisienkan integrasi supplier, manufaktur, gudang dan penyimpanan, retail outlet, distribusi serta customers, sehingga produk dapat dihasilkan dan dipasarkan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat dan waktu yang tepat dalam rangka meminimalisasi biaya dan memberikan kepuasan kepada konsumen.

Di era yang semakin canggih ini, berbagai perusahaan mulai menerapkan konsep supply chain dalam rangka bertahan dan bersaing dengan para kompetitor. Berbagai perusahaan pun menjadi semakin kompetitif demi memperoleh hati para konsumennya. Manajemen supply chain bukanlah hal yang mudah karena dibutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya dan prosesnya yang sangat rumit. Namun, sebagaimana pepatah berkata bahwa setiap hasil tidak akan mengkhianati seluruh usaha dan prosesnya, dari kerumitan yang dimiliki oleh supply chain, implementasi dan pengejawantahan konsep ini dalam perusahaan akan memberikan profit yang luar biasa. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen supply chain akan melibatkan beberapa hal sebagai berikut.

    1. Produk Fisik dan Arus Material
      Hal ini berkaitan dengan arus penyampaian produk secara fisik dari produsen atau pemasok hingga ke tangan konsumen dan juga arus pengembalian, pendaurulangan hingga pembuangan produk.

 

    1. Arus Informasi yang Didapatkan dari Berbagai Sumber
      Hal ini berkaitan dengan informasi perkiraan permintaan, transmisi pesanan hingga pelaporan produk dari konsumen. Arus ini akan berjalan baik ke arah konsumen maupun pihak produsen itu sendiri.

 

  1. Arus Keuangan
    Hal ini berkaitan dengan syarat-syarat kredit, informasi kartu kredit maupun estimasi waktu pembayaran yang berhubungan dengan penetapan kepemilikan barang.

Berdasarkan Turban, Rainer dan Porter (2004), supply chain memiliki beberapa komponen saling berkaitan satu sama lain, sehingga apabila salah satu hubungan komponen tersebut terputus, akan menyulitkan proses berjalannya konsep ini.

    1. Upstream Supply Chain (Rantai Suplai Hulu)
      Rantai ini melibatkan aktivitas dari beberapa perusahaan manufaktur dengan penyalur produknya dan koneksi satu penyalur dan penyalur yang lainnya. Aktivitas pengadaan merupakan aktivitas utama dalam rantai ini.

 

    1. Downstream Supply Chain (Rantai Suplai Hilir)
      Rantai ini melibatkan semua aktivitas pengiriman produk kepada konsumen akhir. Distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service merupakan hal yang perlu diperhatikan.

 

  1. Internal Supply Chain Management (Manajemen Rantai Suplai Internal)
    Rantai ini melibatkan semua proses pemasukan barang ke dalam gudang yang digunakan dalam rangka mentransformasi masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi tersebut. Manajemen pabrikasi, manajemen produksi maupan pengendalian inventory merupakan perhatian yang paling utama.

Aplikasi konsep ini dalam kehidupan masyarakat tentunya sering juga mengalami berbagai kendala. Oleh karena setiap rantai terhubung dengan baik, maka masalah pada salah satu rantai akan menyebabkan rantai yang lain turut bermasalah. Adapun berbagai permasalahan dalam manajemen supply chain sebagai berikut.

    1. Strategi Distribusi
      Permasalahan strategi distribusi adalah sentralisasi-desentralisasi, berlabuh-silang, menarik maupun mendorong, serta logistik pihak ketiga.

 

    1. Distribusi Konfigurasi Jaringan
      Distribusi ini akan berkaitan dengan lokasi supplier, fasilitas produksi, tempat distribusi pusat, gedung maupun customers produk yang bersangkutan.

 

    1. Permasalahan Informasi
      Sistem yang terintegrasi dan proses penyampaian informasi berharga melalui supply chain seringkali tidak sampai ke tangan supply chain lainnya.

 

  1. Aliran Dana
    Aliran dana akan mengalami masalah pembayaran, dan keterlambatan dalam penukaran dana dari setiap mata rantai organisasi terkait.

Menurut Jebarus (2001), secara umum penerapan konsep supply chain ini akan memberikan manfaat tidak langsung sebagai berikut.

  1. Kepuasan Pelanggan;
  2. Peningkatan Pendapatan;
  3. Penurunan Biaya;
  4. Pemanfaatan Aset yang semakin tinggi;
  5. Peningkatan Laba; dan
  6. Perusahaan semakin berkembang besar.

Sedangkan, manfaat langsung dari penerapan konsep supply chain bagi perusahaan sebagai berikut.

    1. Manajemen Supply Chain secara fisik dapat mengonversi bahan baku menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen akhir. Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan operasi dalam sebuah perusahaan. Dalam fungsi ini dilakukan penggunaan dari seluruh sumber daya yang dimiliki oleh sebuah proses transformasi yang terkendali, untuk memberikan nilai pada produk yang dihasilkan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan dan mendistribusikannya kepada konsumen yang dibidik.

 

  1. Manajemen Supply Chain berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh supply chain mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal ini fungsi pemasaran yang akan berperan. Melalui pelaksanaan manajemen Supply Chain, pemasaran dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang diminati konsumen. Selanjutnya, fungsi ini harus mampu mengidentifikasi seluruh atribut produk yang diharapkan konsumen tersebut dan mengkomunikasikan kepada perancang produk.

Hal utama yang bisa terlihat dari jaringan supply chain ini yaitu suatu proses intergrasi secara vertikal dari para supplier kepada konsumen atau pelanggan yang dilakukan melalui aliansi yang strategi antarperusahaan. Dalam manajemen supply chain akan ada optimasi total yang lebih besar dibandingkan dengan optimasi parsial dalam suatu rantai individu.

(sumber gambar : https://www.google.com)